Jumat, 21 Juni 2013

MAKALAH SEJARAH PERADABAN ISLAM _AL-MUWAHHIDUN

BAB II
PEMBAHASAN

Terbentuknya Dinasti Muwahhidun beranjak dari kondisi Afrika Utara pada waktu kekuasaan Murabithun mulai melemah. Wafatnya Yusuf bin Tasyufin pada tahun 1106 M, berakibat buruk bagi Murabithun, karena pemimpin-pemimpin setelah dia adalah orang-orang yang lemah. Kondisi semakin kacau ketika pimpinan fuqaha’ dipegang oleh seorang sufi yang ekstrim dan mulai menyimpang dari ajaran al-Qur’an dan Sunnah (paham tajassum/ mengatakan bahwa Tuhan mempunyai bentuk seperti tubuh manusia). Kehidupan masyarakat sudah materialistis, di samping terjadinya stagnasi dalam pemikiran para pengikut Imam Malik, yang menyatakan tidak perlu lagi mempelajari Tafsir al-Qur’an dan hadits karena semua itu telah dilakukan oleh Imam Malik.[1]
Al-Muwahhidun muncul sebagai reaksi dari al-Murabbitun yang dianggap telah melakukan banyak penyimpangan dalam aqidah yang berkembang di Afrika Utara berpusat di Marakesy dan sebagian wilayah Andalus (spanyol). Marakesy pada masa itu berfungsi sebagai pusat aktifitas politik, kehidupan sosial dan kebudayaan.[2]
Pada masa akhir Murabbitun, Abdullah ibn Tumar, seorang sufi mesjid Cordova, melihat sepak terjang kaum Murabbitun, ia berniat untuk memperbaikinya. Kemudian ia ke Baghdad untuk menambah ilmunya kepada Imam Ghazali dan setelah ilmunya dianggap memadai diapun kembali dan tinggal di Maroko. Disanalah dia mulai mengkritik dan mencelah perbuatan raja-raja Murabbitun yang dianggap bertentangan dengan syariat islam karena menurutnya tidak mengikuti sunnah rasul.[3]Oleh karena itu, Abdullah ibn Tumar  menyandang gelar simbolis al-Mahdi, dan menyatakan diri sebagai nabi yang diutus untuk memulihkan Islam kepada bentuknya yang murni dan asli. Dia mengajarkan kepada sukunya, dan suku-suku liar lainya di Maroko dengan doktrin Tauhid, keesaan Tuhan, dan konsep spiritual tentang Tuhan. Langkah ini merupakan bentuk protes pada paham antropomorfisme berlebihan yang telah menyebar dikalangan umat Islam.karena itu pengikutnya disebut al-Muwahhidun.[4]
Ibnu Tumart menganggap bahwa menegakkan kebenaran dan memberantas kemungkaran harus dilakukan dengan kekerasan. Oleh karena itu, dalam mendakwahkan  prinsipnya Ibnu Tumart tidak segan-segan menggunakan kekerasan. Sikap keras itu tentu saja tidak disenangi sebagian besar masyarakat, terutama kalangan ulama dan penguasa.Dakwah Ibnu tumart mendapat dukungan dari berbagai suku Barbar, seperti suku Haragah, Hantaniyah, Jadmiyah, Janfisah.[5]
Gerakan yang dibangun berdasarkan kebenaran dan kemurnian ajaran Islam tersebut berhasil merangkul banyak pengikut dari masyarakat, walaupun terkadang dakwahnya tidak selalu mulus. Pada tahun 1117 M Ibnu Tumart dan pengikutnya terusir dari tempat tersebut, sehingga dia pergi ke Marakesy .Namun, karena ditempat tersebut kehadirannya tidak begitu mendapat sambutan, akhirnya dia pergi ke Tilimsan (Tinmal/Tanmaal). Dari tempat inilah dia menyusun kekuatan yang berwujud menjadi sebuah dinasti di temani oleh Abdul Mu’min yang ia dapatkan di Marakesy.[6]
Untuk menyebarkan dakwahnya dia mengirim da’i ke berbagai daerah untuk mengajak kepada kebenaran (amar ma’ruf) dan meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang buruk (nahi mungkar).Kepada pengikutnya dia menyerukan supaya mendirikan shalat tepat waktu, berakhlak terpuji, taat pada undang-undang, membuat wirid yang dibuat oleh imam Mahdi dan mendalami kitab-kitab aqidah al-Muwahhidun.
Adapun untuk menggalang (membentengi) diri dari dalam, maka dibentuklah dewan, di antaranya adalah sebagai berikut:
1.      Dewan Menteri (ahlal-syarah/ahl-al-jama’ah) terdiri dari sepuluh orang pembai’ah al-Mahdi sebagai kepala da’i kalangan murid-murid, seorangnya adalah Abdul Mu’min
2.      Dewan Majelis pemuka suku yang menjdai wakil tiap suku, jumlahnya lima puluh orang (al-Khamain)
3.       Majelis Rakyat, terdiri dari para murid (al-Thalabah), keluarga al-Mahdi (ahl al-dar), kabilah Hurghah dan orang awan (ahl Timal) Tanmaal.[7]
Pada tahun 1130 M Ibn Tumart menemui ajalnya, sehingga melalui kesepakatan Dewan Menteri dinobatkanlah Abdul Mu’min menjadi khalifah pengganti al-Mahdi dengan sebutan Amiru al-Mu’minin. Ia dipilih padahal tidak ada hubungan kekerabatan dengan Ibnu Tumart. Selain itu ia dikenal sebagai orang yang berpengetahuan luas, pintar, dan pemberani. Pilihan itu ternyata tepat, dibawah kepemimpinanya kaum al-Muwahhidun meraih kemenangan demi kemenangan. Pada tahun 534H/1139 M kaum Al-Muwahhidun melancarkan serangan serangan ke kubu Al Murabbitun, sehingga satu persatu kekuasaan Murabitun jatuh ke tangan Muwahidun.3 Setelah dinobatkan sebagai khalifah kerjanya adalah mengakhiri Dinasti Murabithun dan menundukkan kabilah yang ada di Maroko. Akibatnya secara resmi berdirilah Dinasti Muwahhidun di Maroko dan menjadikan Maroko sebagai pusat pemerintahannya setelah daerah ini ditaklukan pada tahun 1146 M dengan para pemimpin sebagai berikut:
1. Ibn Tumart (1130 M)
2. Abdul Mu’min (1163 M)
3. Abu Yaqub Yusuf ibn Abdul Mu’min (1184 M)
4. Abu Yusuf Yaqub ibn Abu Yaqub Yusuf (1199 M)
5. Muhammad ibn al-Nashir (1214 M)
6. Al-Muntashir (1223 M)
7. Abdul Wahid ibn al-Muntashir (1224 M)
8. Abu Muhammad al-Adil(1227 M)
9. Al-Ma’mun (1233 M)
10. Abdul Wahid II (1243 M)
11. Al-Mutamid (1266 M)
12. Abdul ‘Ula Al-Wasiq.(1266-1269).[8]
B.  Kemajuan Daulah al-Muwahhidun
Abu Abdullah Muhammad ibn Tumart dan Abd Al-Mu’minin ibn Ali adalah peletak lahirnya Dinasti Muwahhidun.Setelah menumbangkan perlawanan dari pasukan Murabitun dan menguasai Maroko serta sekitarnya kini giliran Andalusia yang menjadi bidikannya.Pada 1145 M al-Mu’minin mengirim satu pasukan ke Andalusia yang kala itu sedang kacau, pertikaian politik, dan perampokan. Pasukan ini, dalam waktu lima tahun, berhasil menaklukan seluruh wilayah muslim di semenanjung ini. Hanya kepulauan Balearic termasuk  ke dalam emiret Umayyah sejak 903 yang selama beberapa tahun disisakan di tangan penguasa Murabitun terakhir.[9]Abdul Mu’min membangun Andalusia dengan teratur, makmur dan sejahtera. Penaklukan wilayah tidak hanya di Andalusia saja tapi juga di daerah Afrika juga, 1152 M Aljazair di taklukkan, 1158 M Tunisia jatuh ke tangan Muwahhidun dan 1160 M Tripoli masuk daerah penguasaan dinasti yang baru berkembang itu. Selain itu juga berhasil menguasai kerajaan Hammadiayah Bejaya, Ziridiyah di Ifriqiyah, mengusir orang-orang Kristen dari pelabuhan-pelabuhan yang dikuasai, dan berhasil membuat dirinya sebagai penguasa seluruh negeri diantara Teluk Sidra dan Samudra Atlantik.Pada gilirannya terbentuklah dinasti Al-Muwahhidun yang kuat dengan ibukota di Sevilla.[10]
Semenjak Abdul Mu’min dinobatkan sebagai khalifah, secara cepat dia melakukan penaklukkan terhadap daerah-daerah kekuasaan Murabitun, dengan ditaklukkannya kekuasaan Murabitun yang merupakan lahan-lahan yang subur serta jalur perdagangan, maka terciptalah kemajuan pada dinasti tersebut. Kemajuan yang dicapai pada masa Dinasti ini adalah sebagai berikut :
1. Bidang Politik
Ketangguhan Abdul Mu’min sebagai pengganti al-Mahdi, telah membuka jalan mulus bagi penguasa berikutnya untuk mengembangkan kekuasaan Muwahhidun di Spanyol dan Afrika Utara. Pada awal kekuasaannya Abdul Mu’min telah melakukan penaklukkan besar-besaran untuk memperluas kekuasaan Muwahhidun. Adapun daerah-daerah yang ditaklukan tersebut adalah sebagai berikut :
a.      Tahun 1141 M wilayah di Fez, Couta, Tangier dan Aghmath
b.      Tahun 1145 M Negeri Spanyol
c.      Tahun 1159 M Almenia, dan Gilbartan dijadikanpusapemerintahan, dan
d.      Tahun 1160 M Aljazair, Tunisia dan Tripoli.





2.   Bidang Ilmu Pengetahuan dan Filsafat
Kekuasaan Dinasti Muwahhidun yang meliputi Afrika Utara dan Andalusia (Spanyol), sangat berimbang dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan filsafat. Boleh dikatakan bahwa tradisi keilmuan yang telah hilang di dunia Islam bagian timur, apalagi akibat kesalahpahaman masyarakat terhadap saran al-Ghazali tentang 3 (tiga) hal pemikiran para filosof dengan mengatakan mereka kafir. Telah bangkit kembali di dunia Islam bagian barat yang menjadi batu loncatan bagi transmisi (berpindah) peradaban Islam ke barat, terutama pemikiran-pemikiran dari Ibnu Rusyd. Adapun para ilmuwan yang muncul pada masa dinasti Muwahhidun ini terutama pada masa kepemimpinan Abdul Mu’min dan Abu Yakub Yusuf adalah sebagai berikut :
a.  Ibrahim bin Malik bin Mulkun adalah seorang pakar al-Qur’an dan ilmu Nahwu
b.   Al-Hafidz Abu Bakr bin al-Jad seorang ahli figh. Dan Ibnu al-Zuhrahli kedokteran, dan
c.   Ibnu Bajjah (533 H/1139 M), seorang filosof dengan karyanya The Rule of Solitary. Ia juga berada di bidang musik yang disebut Avenpace atau Abenpace.
d.  Ibnu Thufail (581 H/ 1105-1185 M), seorang filosof dengan karyanya Hayy bin Yaqzhan. Ia juga dikenal sebagai seorang dokter, ahli geografi dan juga dianggap sebagai penyair Andalusia atau yang dikenal dengan nama Al-Andalusi, Al-Kurtubi, Al-Isibily.
e.  Ibnu Rusyd (1126-1198 M), ia adalah seorang filosof , dokter, ahli matematika, fikih, ahli hukum, ahli astronomi juga seorang poplemik atau dikenal dengan sebutan Averrous/Averroisme di Barat.
f.  Bidang arsitektur dapat dilihat bangunan menara Giralda di Selville,rumah sakit di Marakesy dan bangunan lain yang tidak kalah pentingnya seperti masjid jami’ di Sevilla.
g.  Bidang ekonomi dijalaninya hubungan perdagangan dengan beberapa daerah di Italia, seperti dengan Pisa, pada tahun 1154 M, Marseie, Voince dan Syalia pada tahun 1157 M.[11]
C. Masa Kemunduran dan Kesuraman Daulah al-Muwahhidun
Pada tahun 1198 M, Abu Yusuf ibn Yakub al-Manshur wafat dan digantikan oleh Muhammad al-Nashir.Namun kondisi Dinasti Muwahhidun tidak lagi seperti sebelumnya dan sudah mulai lemah setelah mengalami kemajuan selama 69 tahun. Kelemahan ini salah satu penyebabnya karena al-Nashir tidak mempunyai pandangan serta wawasan politik yang luas seperti para pendahulunya apalagi setelah Nashir wafat, selanjutnya dipimpin oleh  khalifah yang lebih lemah. Adapun faktor kemunduran Daulah al-Muwahhidun disebabkan oleh:
a.         Perebutan tahta dikalangan keluarga Daulah
b.         Melemahnya kontrol terhadap penguasa daerah
c.         Mengendurnya tradisi disiplin
d.        Memudarnya keyakinan akan keagungan misi al-mahdi ibn Tumar, bahkan namanya tidak lagi disebut dalam dokumen negara. Begitupun dengan mata uang masa terakhir.[12]
Terjadinya kemunduran dinasti ini juga disebabkan karena orang-orang Kristen Spanyol, setelah mereka memperoleh pengetahuan dan pengalaman dari umat Islam membuat mereka sadar akan kondisi yang mereka hadapi, dengan penuh semangat mereka bangkit dari ketertinggalan dan melakukan penyerangan kepada umat Islam di Spanyol. Penyerangan tersebut terjadi sekitar tahun 1212 M, oleh kondisi raja-raja Kristen (Leon, Costile, Navarge dan Aragon) di Spanyol.
Kekalahan yang diderita oleh Muwahhidun dalam pertempuran tersebut menyebabkan semakin mudahnya orang Kristen menaklukkan daerah-daerah kekuasaan Islam lain di Spanyol. Apalagi al-Nashir menyerahkan kekuasaan kepada anaknya yang baru berusia 15 tahun, yaitu Abu Yakub Yusuf II (al-Muntashir) yang tidak memiliki kematangan politik untuk menjalankan pemerintahan. Kemunduran semakin meningkat setelah wafatnya al-Muntashir pada tahun 1221 M, karena muncul perpecahan di kalangan pembesar Muwahhidun.
Perpecahan terjadi karena al-Munthasir tidak mempunyai anak laki-laki untuk menggantinya.Seperti Tunisia berdiri daulah Bani Nafs, sedangkan Tripoli menjadi wilayah kekuasaan Bani Ayubiyah. Melihat umat Islam terpecah, Kristen semakin gencar melakukan gerakan untuk mengambil alih kekuasaan Islam, sehingga tahun 1238 M, seluruh kawasan Spanyol jatuh ke tangan Kristen kecuali Granada yang mampu bertahan sampai tahun 1492 karena terletak di perbukitan. Dengan hilangnya pengaruh Muwahhidun di Spanyol serta diikuti keruntuhan kekuasaan di Afrika telah membawa kehancuran dinasti ini pada tahun 1269 dengan didudukinya Maroko oleh Dinasti Marin (Mariniyyah).[13]



[1]Philip k. Hitti, History of Arabs; From the Earliest Times to the Present, Diterjemahkan oleh R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi. (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta,2008),hlm.693
[2]Musyrifah Sunanto,Sejarah Islam Klasik. (Bogor: Kencana. 2003),hlm.137-138
[3]Ibid
4Philip k. Hitti, op.cit,hlm.694
5Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2009),hlm. 273




[6]Ibid
7Philip k. Hitti, op.cit,hlm.695.

[8]Bosworth, Dinasti-dinasti Islam, (Bandung:Mizan, 1993),hlm. 52
[9]Philip k. Hitti, op.cit,hlm.694

[10] Siti Maryam dkk, Sejarah Peradaban Islam dari masa Klasik hingga Modern.(Yogyakarta : LESFI. 2004),hlm. 229
[11]Ibid
[12]Musyrifah, op.cit,hlm.143
[13]Samsul, op.cit,hlm.281

Tidak ada komentar:

Posting Komentar